Sunday, June 29, 2008

Pengalaman setelah pindah kuadran.

Pengalaman pribadi ketika alih profesi (pindah kuadran) menjadi pengusaha, setelah puluhan tahun jadi karyawan, antara lain selalu "merasa sendirian" dan "konflik batin" dalam menjalani bahtera rumah tangga.

Saya nekad mengambil keputusan menjadi pengusaha tanpa restu 100 % dari istri dan anak-anak, karena saya yakin bahwa profesi pengusaha akan membuat kehidupan rumah tangga lebih baik.

Saya yakin dan nekad mengambil keputusan tersebut karena sebagai kepala rumah tangga mempunyai kewajiban untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga tercinta.

Saya kurang menyiapkan mindset pengusaha kepada isteri dan anak-anak dengan baik, sehingga dukungan orang-orang terdekat "kurang solid"... dampaknya perjuangan meniti profesi pengusaha ibarat menegakkan benang basah.

Apalagi bisnis distribusi (yang sudah disiapkan sejak masih menjalani profesi karyawan) diamputasi alias ditutup (karena mis-management) setelah 6 bulan resign dari karyawan.

Orang-orang terdekat yang saya cintai justru menyalahkan mengapa pindah profesi menjadi pengusaha dan malah menolak promosi menjadi direktur di perusahaan tempat berkarya terakhir.

Konflik dengan istri dan anak-anak tidak terhindarkan dan masih ditambah "proses" detoksifikasi jiwa yg menyiksa batin... dari suasana "comfort zone" karyawan menuju "wild jungle zone" pengusaha.

Last but not least, saya tidak menyesal dan malah bangga menjadi pengusaha... dan saya berhasil mengajak istri dan anak-anak mempunyai spirit entrepreneur.

Berikut ini contoh tidak enaknya menjadi pengusaha, khususnya selepas dari profesi karyawan, antara lain :

1. Penampilan diri yang tidak OK lagi, karena harus menyesuaikan dengan situasi ruang lingkup bisnis, yakni pekerjaan bongkar muat produk, pengiriman order ke toko atau pelanggan rumah, bersih-bersih kantor dan gudang... selalu kepanasan dan keringatan.

2. Pakaian rapi berdasi, sepatu mengkilap dan tubuh wangi parfum tidak ada lagi, yang ada hanya pakaian casual/polo shirt, celana jeans, sepatu kets dan penuh aroma keringat.

3. Pressure jiwa karena ingin segera sukses sebagai pengusaha (maklum posisi terakhir sebagai Finance Manager) membawa dampak stress dan depresi mental, tidak heran bila berat badan langsung turun 5 kg.

4. Hampir setiap hari merasa pusing dan mual, kerja pontang panting nyaris tidak ada hasilnya.
Duh Gusti... it's a real wild jungle zone... I was "almost" hopeless...

5. Godaan untuk kembali menjadi karyawan dengan comfort zone-nya selalu menari di depan mata, apalagi Presdir di perusahaan terakhir selalu menawari kursi empuk Direktur.

Problem dilematis yang harus segera diputuskan..."to be" or "not to be"... bimbang untuk meneruskan menjadi pengusaha atau kembali menekuni profesi karyawan.

I've already choosen.... to be an entrepreneur is my best of the best choosen... It's the best thing of my life... !!!
Welcome to wild jungle zone and... reach my ultimate freedom !!!